PERUBAHAN
SOSIAL
A.
Pengertian perubahan sosial
Perubahan
sosial merupakan
perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemsyarakatan dalam suatu
masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap
sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Pengertian perubahan sosial menurut para
ahli:
1. Kingsley
Davis: perubahan sosial merupakan sebuah perubahan yang terjadi di dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
2. Mac
iver: perubahan sosial merupakan suatu perubahan-perubahan yang terjadi didalam
sebuah hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
3. Menurut
Prof. Selo Soemardjan
Pengertian
perubahan sosial menurut Prof. Selo Soemardjan adalah perubahan yang terjadi
pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
sosialnya.
4. Menurut
Emile Durkheim
Pengertian
perubahan sosial menurut Emile Durkheim adalah perubahan yang terjadi sebagai
hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan
masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke
dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik.
B.
Bentuk perubahan sosial
A. Perubahan
Sosial Berdasarkan Waktu
1. Perubahan Sosial Lambat (Evolusi)
Perubahan evolusi harus melalui
tahapan-tahapan dari sederhana menjadi maju, contohnya yang terjadi pada Suku
Anak Dalam atau Suku Kubu di Jambi. Mereka dulu sangat menolak berbagai
perubahan sosial yang ada. Tetapi, perlahan, mereka mulai menerima ilmu
pengetahuan dengan mengizinkan banyak relawan dan peneliti untuk mengajarkan
membaca, menulis, dan berhitung pada anak-anak. Meski demikian, sampai hari ini
mereka masih mematuhi hukum adatnya.
2. Perubahan Sosial Cepat (Revolusi)
Sementara itu, revolusi adalah
sebutan bagi perubahan yang berlangsung dengan sangat cepat. Revolusi mengubah
dasar dari kehidupan pokok di masyarakat. Salah satu contohnya yang pernah
mengubah dunia adalah Revolusi Industri di Eropa, saat itu pabrik yang bekerja
dengan alat tradisional digantikan dengan mesin-mesin besar. Syarat terjadinya
evolusi harus ada tujuan konkret yang dapat dicapai. Artinya, tujuan itu dapat
dilihat oleh masyarakat dan dilengkapi oleh suatu ideologi tertentu.
B. Perubahan
Sosial berdasarkan Sudut Pandang Masyarakat
1. Perubahan yang Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki
adalah perubahan-perubahan yang dilakukan atas dasar perencanaan matang dari
pihak yang menginginkan perubahan. Contoh dari perubahan yang dikehendaki
adalah diputuskannya kebijakan desentralisasi yang menggantikan keputusan
sentralisasi.
2. Perubahan yang Tidak
Dikehendaki
Berbeda dengan perubahan
terencana, perubahan yang tidak dikehendaki adalah perubahan sosial yang ada di
luar jangkauan masyarakat. Perubahan tidak terencana sering membawa masalah dan
kekacauan pada masyarakat. Contoh dari perubahan sosial tidak dikehendaki
adalah relokasi seluruh masyarakat Suku Anak Dalam di Jambi dan Riau, karena
kebakaran hutan Sumatra yang diakibatkan oleh penggundulan hutan dan pembakaran
hutan dilakukan secara sengaja.
C. Perubahan
Sosial berdasarkan Pengaruh
1. Perubahan Sosial Kecil
Perubahan yang tidak menyangkut
seluruh unsur masyarakat dan tidak mengubah lembaga sosial yang ada di
lingkungan sosial. Perubahan sosial kecil tidak memberi dampak yang besar bagi
kehidupan sosial, salah satu contohnya adalah perubahan mode pakaian.
2. Perubahan Sosial Besar
Perubahan yang menyangkut
masyarakat secara luas dan membawa pengaruh yang berarti bagi kehidupan sosial.
Contoh perubahan sosial besar adalah pergeseran dari masyarakat agraris ke
masyarakat industri.
D. Perubahan
Sosial berdasarkan Arah Perkembangan
1. Perubahan sosial progress
merupakan suatu perubahan sosial yang menuju ke arah kemajuan, sehingga
memberikan keuntungan bagi kehidupan masyarakat. Contohnya yaitu meningkatnya
pembangunan listrik hingga ke pelosok desa, semakin canggih dan berkembangnya
teknologi, dan lain-lain.
2. Perubahan sosial regress
merupakan suatu perubahan sosial yang menuju ke arah kemunduran, sehingga dapat
merugikan kehidupan masyarakat. Contohnya yaitu adanya terorisme atau
pengeboman massal yang menimbulkan kematian/korban jiwa dan rusaknya sarana
infrastruktur masyarakat, penyalahgunaan obat-obat terlarang atau narkotika,
dan lain-lain.
C.
Faktor
penghambat perubahan sosial
1.
Adat atau Kebiasaan
Setiap masyarakat memiliki adat
atau kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perikelakuan bagi
anggota-anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Jika suatu saat
timbul krisis ketika adat dan kebiasaan sudah tidak efektif lagi dalam memenuhi
kebutuhan pokok masyarakatnya, adat dan kebiasaan tersebut tidak akan mengalami
perubahan. Hal ini dikarenakan adat dan kebiasaan sudah terbiasa dilakukan atau
dipakai sehingga sangat sulit untuk mengubahnya.
Contohnya kebiasaan masyarakat
dalam memotong padi dengan pisau yang terbuat dari kayu (ani-ani atau ketam)
akan sulit diubah walaupun telah dikenal alat pemotong padi yang lebih efektif.
Perubahan tersebut akan berdampak besar bagi tenaga-tenaga kerja (terutama
wanita) yang menjadikan memotong padi sebagai mata pencaharian tambahan. Selain
itu, adat dan kebiasaan yang sukar mengalami perubahan biasanya berupa
kepercayaan, sistem mata pencaharian, cara berpakaian tertentu, dan lain-lain.
2.
Sikap Masyarakat yang Konservatif (Tertutup)
Sikap konservatif atau takun
menjalankan perubahan akan membawa mentalitas yang buruk dalam suatu kemajuan.
Karena mereka menganggap elemen elemen perubahan yang datangnya dari luar
dianggap berbahaya. Sering nya masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa lain
lah memiliki sikap seperti itu, mereka mengganggap setiap unsur yang berbau
negara penjajah akan ditolak dan dianggap berdampak negatif terhadap
kepribadian masyarakat pada suatu bangsa. Karena itu sikap tersebut harus
dihindari apabila seseorang hendak melakukan suatu perubahan.
3.
Hambatan Ideologis
Suatu perubahan dalam
masyarakat akan sulit terjadi seandainya berbenturan dengan ideologi atau paham
yang diyakini oleh masyarakat tersebut, Karena setiap unsur perubahan yang
berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan masyarakat akan ditolak sebab
dianggap bertentangan dengan ideologi mereka.
Contohnya, masyarakat percaya
bahwa Sebelum dilakukan pembangunan Jalan Raya harus dilakukan ritual selamatan
dahulu. Namun, perencana proyek pembangunan tidak melaksanakan hal tersebut
sehingga proyek akan ditolak keberadaannya oleh masyarakat.
4.
Sikap Masyarakat yang Tradisional
Sikap masyarakat ini lebih
memihak masa lampau karena masa tersebut merupakan masa yang penuh kemudahan
menurut beberapa kelompok. Tradisi yang berlaku sebagai warisan masa lampau
tidak dapat diubah dan harus terus dilestarikan. Hal tersebut berpotensi
menghambat perubahan, terutama beberapa kelompok yang konservatif serta ingin
tetap bertahan dalam kepemimpinan masyarakat.
5.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan yang Terlambat
Dengan pergaulan yang terbatas,
dapat dipastikan perkembangan ilmu pengetahuan pasti akan terlambat. dan
kemajuan ilmu pengetahuan sendiri bisa ditempuh di antaranya dengan metode
"learning by doing". Tidak adanya keinginan untuk menambah wawasan di
bidang ilmu pengetahuan dapat mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan
ketinggalan zaman, sehingga muncul sebuah pandangan miring (stigma) adanya
kelompok masyarakat yang tidak mau berubah.
6.
Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Manusia tidak pernah lepas dari
hubungan dengan manusia atau masyarakat lain dalam suatu pergaulan. Masyarakat
yang sedikit berinteraksi dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang
lamban. Hal tersebut disebabkan masyarakat tidak mengetahui perkembangan
masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung
dalam kebudayaan mereka dan pola pemikiran yang masih tradisional (sederhana).
Contohnya suku-suku bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
D.
Faktor
pendorong perubahan social
Proses perubahan sosial yang terjadi di dalam
masyarakat dapat berlangsung secara cepat atau lancar, dan dapat pula
berlangsung secara tidak cepat atau tidak lancar, misalnya saja dengan cara
yang lambat atau tersendat-sendat. Adapun secara umum, faktor-faktor yang
diperkirakan dapat mendorong (memperlancar/mempercepat) bagi jalannya proses
perubahan sosial itu antara lain:
1.
Adanya kontak
dengan kebudayaan masyarakat lain
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah misalnya diffusion. Difusi adalah suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari seseorang kepada orang lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat misalnya, dapat diteruskan dan disebarluaskan pada masyarakat lain, sampai masyarakat tersebut dapat menikmati kegunaan dari hasil-hasil peradaban bagi kemajuan manusia. Maka proses semacam itu merupakan pendorong bagi pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan-kebudayaan umat manusia.
2. Adanya sikap terbuka terhadap karya serta keinginan orang lain untuk
maju
Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah melembaga, maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-penemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya misalnya, merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.
Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju merupakan salah satu pendorong bagi jalannya perubahan-perubahan. Apabila sikap tersebut telah melembaga, maka masyarakat akan memberikan pendorong bagi usaha-usaha untuk mengadakan penemuan-penemuan baru. Pemberian hadiah nobel dan yang sejenisnya misalnya, merupakan pendorong bagi individu-individu maupun kelompok-kelompok lainnya untuk menciptakan karya-karya yang baru lagi.
3. Adanya Sistem pendidikan formal yang maju
Sistem pendidikan yang baik yang didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel misalnya, akan mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Pendidikan formal, misalnya di sekolah, mengajarkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh para siswa. Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola secara baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan, kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa, namun lebih dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara obyektif. Dengan kemampuan penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali siswa kemampuan menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong bagi pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Sistem pendidikan yang baik yang didukung oleh kurikulum adaptif maupun fleksibel misalnya, akan mampu mendorong terjadinya perubahan-perubahan sosial budaya. Pendidikan formal, misalnya di sekolah, mengajarkan kepada anak didik berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh para siswa. Di samping itu, pendidikan juga memberikan suatu nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Namun jika dikelola secara baik dan maju, pendidikan bukan hanya sekedar dapat mengajarkan pengetahuan, kemampuan ilmiah, skill, serta nilai-nilai tertentu yang dibutuhkan siswa, namun lebih dari itu juga mendidik anak agar dapat berpikir secara obyektif. Dengan kemampuan penalaran seperti itu, pendidikan formal akan dapat membekali siswa kemampuan menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan jamannya atau tidak. Nah, di sinilah kira-kira peranan atau faktor pendorong bagi pendidikan formal yang maju untuk berlangsungnya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
4. Sikap berorientasi ke masa depan
Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan perasaan yang selalu percaya akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan adanya hari esok yang lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam jiwa dan sikap optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut selalu bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.
Adanya prinsip bahwa setiap manusia harus berorientasi ke masa depan, menjadikan manusia tersebut selalu berjiwa (bersikap) optimistis. Perasaan dan sikap optimistis, adalah sikap dan perasaan yang selalu percaya akan diperolehnya hasil yang lebih baik, atau mengharapkan adanya hari esok yang lebih baik dari hari sekarang. Sementara jika di kalangan masyarakat telah tertanam jiwa dan sikap optimistis semacam itu maka akan menjadikan masyarakat tersebut selalu bersikap ingin maju, berhasil, lebih baik, dan lain-lain. Adanya jiwa dan sikap optimistik, serta keinginan yang kuat untuk maju itupula sehingga proses-proses perubahan yang sedang terjadi dalam masyarakat itu dapat tetap berlangsung.
5. Sistem lapisan masyarakat yang bersifat terbuka (open stratification)
Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas yang berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan tersebut dalam sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
Sistem stratifikasi sosial yang terbuka memungkinkan adanya gerak vertikal yang luas yang berarti memberi kesempatan bagi individu-individu untuk maju berdasar kemampuannya. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status yang lebih tinggi. Dengan demikian, seseorang merasa dirinya berkedudukan sama dengan orang atau golongan lain yang dianggapnya lebih tinggi dengan harapan agar mereka diperlakukan sama dengan golongan tersebut. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinat-subordinat. Pada golongan yang lebih rendah kedudukannya, sering terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial yang dimilikinya. Keadaan tersebut dalam sosiologi dinamakan “status-anxiety”. “Status-anxiety” tersebut menyebabkan seseorang berusaha untuk menaikkan kedudukan sosialnya.
6. Adanya komposisi penduduk yang heterogen
Pada kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer dinamakan “masyarakat heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah satu pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
Pada kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain, atau yang lebih populer dinamakan “masyarakat heterogen”, lebih mempermudah bagi terjadinya pertentangan-pertentangan ataupun kegoncangan-kegoncangan. Hal semacam ini juga merupakan salah satu pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat.
7. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki
hidupnya
Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha, lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-perubahan sosial budaya dapat berlangsung.
Nasib manusia memang sudah ditentukan oleh Tuhan, namun adalah menjadi tugas dan kewajiban manusia untuk senantiasa berikhtiar dan berusaha guna memperbaiki taraf kehidupannya. Lagipula, menurut ajaran agama juga ditekankan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib sesuatu umat (termasuk individu) selama umat (individu) tersebut tidak berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian tugas manusia adalah berusaha, lalu berdoa, sedangkan hasil akhir adalah Tuhan yang menentukannya. Adanya nilai-nilai hidup serta keyakinan yang semacam itu menyebabkan kehidupan manusia menjadi dinamik, dan adanya dinamisasi kehidupan inilah sehingga perubahan-perubahan sosial budaya dapat berlangsung.
8. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
Munculnya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya adanya pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu, pembagian hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam masyarakat. Bahkan jika dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat mengakibatkan terjadinya demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi bergulirnya perubahan-perubahan sosial budaya.
Munculnya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, misalnya adanya pelaksanaan pembangunan yang hanya menguntungkan golongan tertentu, pembagian hasil pembangunan yang tidak merata, semakin melebarnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya kekecewaan dalam masyarakat. Bahkan jika dibiarkan sampai berlarut-larut, hal semacam itu dapat mengakibatkan terjadinya demo ataupun protes-protes yang semakin meluas, atau bahkan kerusuhan-kerusuhan, dan revolusi. Dengan demikian adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu dapat mendorong bagi bergulirnya perubahan-perubahan sosial budaya.
E.
Penyebab
perubahan sosial
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor perubahan
sosial yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktornya bermacam-macam
yakni perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik dalam
masyarakat, dan pemberontakan atau revolusi.
1.1. Perubahan Jumlah Penduduk
Perubahan
jumlah penduduk dapat disebabkan oleh berkurang atau bertambahnya jumlah
penduduk. Pertambahan penduduk menyebabkan perubahan sosial. Seperti di pulau
Jawa yang jumlah penduduknya semakin banyak. Hal ini menyebabkan berkembangnya
sistem kepemilikan tanah sehingga tidak terjadi sengketa tanah antar penduduk.
Berkurangnya
penduduk disebabkan oleh urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke
kota. Sehingga di desa terjadi kekosongan karena tidak ada yang mengelola. Ini
menyebabkan perubahan sosial terjadi di daerah pedesaan.
1.2. Penemuan-Penemuan
Baru
Penemuan
menambahkan atau mengembangkan suatu kebudayaan dalam masyarakat. Penemuan
unsur kebudayaan yang baru disebut discovery. Namun, tentu saja penemuan
tersebut belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat. Pengenalan, pengembangan,
dan pengetahuan terhadap unsur kebudayaan yang baru tersebut diperlukan
sehingga discovery menjadi invention. Invention adalah discovery yang telah
diterima dan telah diterapkan oleh masyarakat.
Contohnya
adalah penemuan mobil. Pada awal penemuannya, tentu saja belum bisa diterima
oleh masyarakat sebagai pengganti kereta kuda. Walaupun mobil lebih mudah
perawatannya. Namun pada saat itu harganya masih sangat mahal dan kecepatannya
tidak secepat kereta kuda. Sehingga pengembangan pun terus dilakukan untuk
menekan harga dan meningkatkan performa mobil.
1.3. Konflik Dalam Masyarakat
Konflik
dalam masyarakat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam masyarakat. Walaupun
konflik bersifat disosiatif atau memecah belah hubungan dalam masyarakat. Konflik
pasti akan diiringi oleh proses akomodasi yang justru dapat menguatkan ikatan
sosial. Hal ini terlihat ketika kita membandingkan keadaan sebelum konflik dan
setelah konflik.
1.4. Pemberontakan atau
Revolusi
Revolusi terjadi karena keinginan kuat
masyarakat untuk berubah. Sedangkan pemberontakan terjadi karena keinginan kuat
masyarakat untuk berubah ditolak oleh pemimpin masyarakat tersebut. Revolusi
menyebabkan terjadinya perubahan sosial secara besar-besaran. Contohnya adalah
kejadian revolusi di Rusia pada tahun 1917 yang menyebabkan perubahan Rusia
yang dahulu merupakan kerajaan berubah menjadi diktator proletariat yang
dilandaskan pada doktrin marxis.
2.
Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah penyebab perubahan
sosial yang berasal dari luar masyarakat. Adapun faktor-faktornya adalah dari
alam, peperangan, dan pengaruh dari masyarakat lain.
2.1. Alam
Faktor dari alam adalah faktor yang
tidak dapat dihindari karena itu merupakan kehendak Tuhan. Faktor dari alam
bisa berupa bencana alam atau perubahan iklim. Sehingga masyarakat harus
beradaptasi dengan faktor alam tersebut atau harus meninggalkan tempat
tinggalnya.
2.2. Peperangan
Peperangan tentu akan menyebabkan
perubahan sosial dalam masyarakat. Terutama pada pihak yang kalah dalam
peperangan. Itu dikarenakan oleh pihak yang kalah harus menerima ide-ide atau
kebudayaan dari pihak yang menang. Sehingga terjadi perubahan secara
besar-besaran dalam masyarakatnya.
2.3. Pengaruh dari Masyarakat Lain
Hubungan yang di lakukan secara fisik
antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal
balik salah satunya adalah pertukaran kebudayaan. Jika pengaruh suatu
kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.
Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain,
maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli
dapat bergeser. Pertemuan tersebut disebabkan oleh terdapat komunikasi massa
antara kedua belah pihak.
F.
Teori
perubahan sosial
1.
Evolusi adalah suau
proses perubahan makhluk hidup secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama
dari bentuk yang sederhana, menjadi bentuk yang lebih kompleks.Di perlukan waktu
jutaan tahun agar perubahan tersebut nampak lebih jelas.
2.
Revolusi adalah perubahan
sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok
pokok kehidupan masyarakat .Di dalamr evolusi , perubahan yang terjadi dapat di
rencanakan atau tanpa di rencanakan terlebih dahulu dan dapat di jalankan tanpa
kekerasan atau melalui kekerasan.
3.
Teori Fungsionalis
Menurut teori fungsionalis, semua bagian masyarakat seperti keluarga, ekonomi
dan sekolah, mempunyai fungsi nya masing masing dalam masyarakat. Keluarga membesar
kan anak, sekolah mengajar kan pengetahuan dan lembaga ekonomi Menyediakan
pekerjaan. Semua bagian masyarakat ini saling bekerja sama untuk membangun tatanan
sosial yang stabil .Jika salah satu bagian dari masyarakat ini tidak menjalankan fungsi nya dengan baik,
terjadi lah ketidak teratur an sosial dalam bentuk masalah sosial .
4. Teori
Interaksi Simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk
makna melalui proses komunikasi. Teori interaksi si mbolik berfokus pada
pentingnya konsep diri dan persepsi yang di miliki individu berdasarkan interaksi
dengan individu lain.
Post A Comment:
0 comments: