BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Seni
Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang
bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa, yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur,
ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah
pola tertentu. Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan
unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang
bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi
bagian-bagian yang tidak bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip
tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak ditentukan oleh banyak
atau sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu
sendiri. Dengan kata lain kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting
dari jumlah bagian-bagiannya.
Karya seni
rupa dapat dibagi menjadi dua, yaitu: karya seni rupa dua
dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Karya seni
rupa dua dimensi adalah karya seni rupayang hanya memiliki dimensi
panjang dan lebar atau karya yang hanya dapat dilihat dari satu arah pandang
saja.
Contoh: seni
lukis, seni grafis, seni ilustrasi, relief dan sebagainya. Karya seni
rupa tiga dimensi adalah karya seni rupa yang memiliki dimensi
panjang, lebar dan tinggi, atau karya yang memiliki volume dan menempati ruang.
Contoh: seni patung, seni kriya, seni keramik, seni arsitektur dan berbagai
desain produk.
Seni
Rupa jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai / terapan (applied art). Seni murni
adalah karya seni rupa yang dibuat semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan artistik. Orang mencipta karya seni murni umumnya berfungsi sebagai
sarana untuk mengekspresikan cita rasa estetik. Kebebasan berekspresi dalam
seni murni sangat diutamakan. Yang tergolong dalam seni murni, yaitu: seni
lukis, seni patung, seni grafis dan sebagian seni kerajinan. Seni
Terapan atau seni pakai (applied art) adalah karya seni
rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Contoh: seni terapan,
yaitu: arsitektur, poster, keramik, baju, sepatu, dan lain-lain. Dalam
pembuatan seni pakai biasanya faktor kegunaan lebih diutamakan daripada faktor
keindahan atau artistiknya. Membuat karya seni terapan tampak lebih
sulit dibandingkan karya seni murni. Hal itu mungkin karena membuat karya seni
murni terasa lebih bebas dibanding membuat karya seni terapan karena tidak
memperhitungkan fungsi. Akan tetapi sering pula terjadi sebaliknya, melukis
bisa lebih sulit daripada membuat rumah tinggal.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan seni rupa?
2. Apa
saja macam-macam seni rupa?
3. Bagaimana sejarah
seni rupa pada zaman klasik?
4. Apa yang
dimaksud seni lukis?
5. Bagaimana sejarah
umum seni lukis?
6. Bagaimana sejarah
seni lukis di Indonesia?
7. Apa
saja aliran-aliran seni lukis?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian seni rupa.
2. Untuk
mengetahui apa saja macam-macam seni rupa.
3. Untuk
mengetahui sejarah seni rupa pada zaman klasik.
4. Untuk
mengetahui pengertian seni lukis.
5. Untuk
mengetahui sejarah umum seni lukis.
6. Untuk
mengetahui sejarah seni lukis di Indonesia.
7.
Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran
seni lukis.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Seni Rupa
Seni
Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang
bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur,
ruang dan warna. Unsur-unsur rupa tersebut tersusun menjadi satu dalam sebuah
pola tertentu.Bentuk karya seni rupa merupakan keseluruhan
unsur-unsur rupa yang tersusun dalam sebuah struktur atau komposisi yang
bermakna. Unsur-unsur rupa tersebut bukan sekedar kumpulan atau akumulasi
bagian-bagian yang tidak bermakna, akan tetapi dibuat sesuai dengan prinsip
tertentu. Makna bentuk karya seni rupa tidak ditentukan oleh banyak
atau sedikitnya unsur-unsur yang membentuknya, tetapi dari sifat struktur itu
sendiri. Dengan kata lain kualitas keseluruhan sebuah karya seni lebih penting
dari jumlah bagian-bagiannya.
2.
Macam-macam
Seni Rupa
Beberapa macam
seni rupa sebagai berikut :
a. Seni Rupa Murni
1. Seni
lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang
sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek
tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja,
seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap
sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan
syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
2. Grafis
adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik
cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu
menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut
dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai “impression”. Lukisan
atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan
diciptakan dari permukaan sebuah bahan, secara teknis disebut dengan matrix.
Matrix yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng untuk
engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu untuk
woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan dalam karya
seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai karya seni orisinil,
bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari sebuah plat menciptakan
sebuah edisi, di masa seni rupa modern masing-masing karya ditandatangani dan
diberi nomor untuk menandai bahwa karya tersebut adalah edisi terbatas.
3. Seni
patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi.
Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah
liat) atau kasting (dengan cetakan).
4. Seni
instalasi (pemasangan) adalah seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi
sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna
tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain
yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini. Seni
instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga
dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara, cahaya,
gerak dan interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai konsepsi
akhir dari olah rupa.
5. Seni
pertunjukan (Performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu
atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan
empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan
penonton. Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi
biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan
istilah 'seni pertunjukan' (performing arts). Seni performance adalah istilah
yang biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari
seni rupa dan kini mulai beralih ke arah seni kontemporer.
6. Seni
Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik untuk membuat
karya seni dari yang bersifat tradisional sampai kontemporer. Selain itu
dibedakan pula kegiatan kriya keramik berdasarkan prinsip fungsionalitas dan
produksinya. Venus of Dolni Vestonice adalah karya keramik tertua
yang pernah ditemukan.
7. Seni
film
8. Seni
koreografi
9. Seni
fotografi
b. Desain
1. Arsitektur
adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan,
mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut.
2. Disain
grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk
menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin. Dalam disain grafis, teks
juga dianggap gambar karena merupakan hasil abstraksi simbol-simbol yang bisa
dibunyikan. disain grafis diterapkan dalam disain komunikasi dan fine art.
Seperti jenis disain lainnya, disain grafis dapat merujuk kepada proses
pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), atau pun
disiplin ilmu yang digunakan (disain). Seni disain grafis mencakup kemampuan
kognitif dan keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi,
fotografi, pengolahan gambar, dan tata letak.
3. Desain
industri (Industrial design) adalah seni terapan di mana estetika
dan usability (kemudahan dalam menggunakan suatu barang) suatu barang
disempurnakan. Desain industri menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi,
atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna atau gabungannya, yang
berbentuk 3 atau 2 dimensi, yang memberi kesan estetis, dapat dipakai untuk
menghasilkan produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Sebuah
karya desain dianggap sebagai kekayaan intelektual karena merupakan hasil buah
pikiran dan kreatifitas dari pendesainnya, sehingga dilindungi hak ciptanya
oleh pemerintah melalui Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri. Kriteria desain industri adalah baru dan tidak melanggar agama,
peraturan perundangan, susila, dan ketertiban umum. Jangka waktu perlindungan
untuk desain industri adalah 10 tahun.
4. Desain
Interior
5. Desain
Busana
c. Kriya
1. Kriya
tekstil
2. Kriya
kayu
3. Kriya
keramik
4. Kriya
rotan
3.
Sejarah
Seni Rupa Pada Zaman Klasik
Perkembangan
seni rupa zaman klasik didasari atas berkembangnya kebutuhan dan kepercayaan.
Kepercayaan yang hidup pada zaman prasejarah berkembang pesat pada zaman
klasik. Kepercayaan awal pemujaan terhadap arwah
(roh nenek moyang) berkembang menjadi kepercayaan kepada para
dewa. Kebutuhan sarana ibadah baik bentuk dewa maupun
tempat peribadatan menjadi alasan mereka menciptakan karya seni
rupa, berupa kuil, candi, vihara, dan patung-patung perwujudan dari dewa dan dewi,
serta piramid. Didorong oleh perkembangan ilmu dan teknologi, serta
ditemukannya bahan logam, menjadikan karya-karya mereka mencapai tahap
perkembangan yang dapat mencapai puncak (klasik).
Seni rupa pada
zaman klasik ini di seluruh dunia hampir mengalaminya, di Yunani, Romawi, Mesir,
India, Mesopotamia, dan Indonesia. Perbedaanya hanya terletak pada waktu. Bisa
diambil Seni Klasik di Mesir dengan didasari pada pemujaan terhadap dewa. Fir’aun
sebagai raja yang dipercaya turunan dewa,
maka setelah meninggal dipatungkan dalam wujud dewa.
Pemujaan
terhadap Fir'aun setelah mati bukan sekedar dipatungkan, tetapi juga
dibuat mummi (mayat yang diawetkan). Mummi ini didasari
atas kepercayaan bahwa manusia setelah mati rohnya akan
bersemayam melindungi manusia yang hidup asalkan jasadnya
diawetkan. Kebutuhan kepercayaan itulah maka dibuat mummi. Karya seni bentuk
lain adalah piramid. Piramid adalah tempat makam Fir'aun. Piramid ini merupakan
karya klasik dan monumental.
Pada bagian
tempat menyimpan mummi, di dalam piramid dibuat kamar (cela): Pada Dinding cela
ini digambarkan si mati ketika semasa hidupnya dan kendaraan kapal sebagai
kendaran roh si mati menuju nirwana. Karya seni rupa yang lahir adalah relief.
Di depan piramid dibangun pintu gerbag (pylon) yang diapit oleh dua tugu
(obelix), yang terbuat dari batu utuh dengan ketinggian puluhan meter.
Dibelakangnya dibuat patung yang berbadan singa berkepala manusia (sphink),
yang mengandung makna simbolis.
Piramid,
patung, tugu, dan sphink, serta mummi
adalah karya seni rupa yang mencapai tahap klasik
(puncak) karya seni rupa mesir. Itu semua didasari oleh kebutuhan kepercayaan.
Contoh lain seni rupa klasik yang lahir di Yunani dan Romawi. Karya seni rupa
mereka mencapai klasik sebab menciptakan karya-karya yang monumental seperti
kuil, patung dewa dewi, dan tempat olahraga olimpiade.
Dewa-dewa
diciptakan dalam bentuk patung manusia yang sempurna dalam bentuk fisik (idial).
Lahirlah patung dewa Zeus, Dewa Appolo, Dewa Olahraga, dan dewa - dewa lainnya
dalam bentuk patung yang menggunakan bahan batu, logam dan emas. Ketelitian,
keuletan, kesungguhan dalam membuat patung sangat telliti dan tinggi, sehingga
melahirkan karya-karya patung yang sempurna (klasik).
Selain patung
seni rupa yang didasari kepercayaan terhadap dewa ini berupa sarana ibadah atau
kuil. Kuil-kuil ini mencapai tahap klasik sebab didukung oleh tiang-tiang yang
indah dan dihiasi dengan patung-patung dewa dan relief yang agung. Karena
teknik yang tinggi dan kecermatan yang luar biasa, maka terciptalah kuil-kuil
yang monumental (klasik). Seni klasik yang lahir di Indonesia, didasari oleh
kepercayaan agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Hindu yang percaya kepada para
Dewa melahirkan perwujudan dewa-dewa dalam bentuk patung, dewa syiwa, dan
brahma. Raja dianggap sebagai turunan dewa, maka raja biasanya
dipatungkan dalam wujud dewa. Tempat
pemakaman para raja biasanya dibuatkan bangunan candi asal
kata dari Candika (Dewa Kematian). Dinding bangunan candi dihias dengan relief
yang berisi ajaran agama. Patung, relief dan candi yang dibangun untuk
kebutuhan kepercayaan di Indonesia mencapai tahap klasik dan monumental seperti
Candi Prambanan, Borobudur dan Penataran.
4.
Pengertian Seni
Lukis
Seni lukis
adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama,
seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis
adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga
dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja,
seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap
sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan
syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.
5.
Sejarah
Umum Seni Lukis
a. Zaman
prasejarah
Secara historis, seni lukis sangat terkait
dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa
sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai
membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan
bagian-bagian penting dari kehidupan.Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat
hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur,
atau bahan lainnya.
Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang
dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding
gua, lalu menyemburnya dengan
kunyahan dedaunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya
adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang
masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan
selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa
lain seperti seni patung dan seni keramik.
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas
bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas.
Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga
dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala
adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain
seperti pohon, bukit, gunung, sungai,
dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa
dengan aslinya.Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar
seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar
biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian
paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam
objek menjadi berbeda-beda tergantung dari
pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu
kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan.
Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan
rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat
daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam
kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin
ahli.Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan
pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi
kegiatan seni.
b. Seni
Lukis Zaman Klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk
tujuan:
1. Mistisme
(sebagai akibat belum berkembangnya agama).
2. Propaganda
(sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii).
Di
zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang
ada di alam.Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan
dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada
kata-kata dalam banyak hal.
c. Seni
Lukis Zaman Pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya
pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan
dari ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan dianggap
sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian
kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan
dengan realitas.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih
berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan
lukisan yang bisa dikategorikan "bagus". Lukisan pada masa ini
digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang
melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme
(pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).
d. Seni
lukis zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan
dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan (termasuk
pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah
semenanjung Italia sekarang. Dukungan dari
keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu
pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan
banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa
barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi
dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang
dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke
seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
e. Sejarah
Seni Lukis di Indonesia
Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan
masuknya penjajahan Belanda di Indonesia.Kecenderungan seni
rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat
banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Raden Saleh Syarif
Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa
mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda.
Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke
Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan
menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa. Namun seni lukis Indonesia
tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga
perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia
membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi
cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan
keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab
dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme
yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang
semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang
lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk
melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih
memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,
sehingga era ekspresionisme dimulai.Lukisan tidak lagi dianggap sebagai
penyampai pesan dan alat propaganda.Perjalanan seni lukis Indonesia sejak
perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing
oleh berbagai benturan konsepsi.
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai
tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang
membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan munculnya seni
konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah
menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian
muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama
itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri,
yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan
bisnis alternatif investasi.
f. Aliran-Aliran
Seni Lukis
1. Aliran
Neo-Klasik
Pecahnya revolusi Perancis pada tahun 1789,
merupakan titik akhir dari kekuasaan feodalisme di Perancis yang pengaruhnya
terasa juga ke bagian-bagian dunia lainnya. Revolusi ini tidak hanya perubahan
tata politik dan tata social, tetapi juga menyangkut kehidupan seni. Para
seniman menjadi bebas dalam memperturutkan panggilan hati masing-masing, dimana
mereka berkarya bukan karena adanya pesanan, melainkan semata-mata ingin
melukis saja.
Maka dengan demikian mulailah riwayat seni lukis
modern dalam sejarah yang ditandai dengan individualisasi dan isolasi diri.
Jacques Louis David adalah pelukis pertama dalam babakan modern. Pada tahun
1784, David melukiskan “SUMPAH HORATII”. Lukisan ini menggambarkan Horatius,
bapak yang berdiri di tengah ruangan sedang mengangkat sumpah tiga anak
laki-lakinya yang bergerombol di kiri, sementara anak perempuannya menangis di
sebelah kanan.
Lukisan ini tidak digunakan untuk kenikmatan,
melainkan untuk mendidik, menanamkan kesadaran anggota masyarakat atas tanggung
jawabnya terhadap Negara. J.L. David merupakan pelopor aliran Neo-Klasik,
dimana lukisan Neo-Klasik bersifat Rasional, objektif, penuh dengan disiplin
dan beraturan serta bersifat klasik.
Ciri-cirinya Lukisan Neo-Klasik :
a. Lukisan
terikat pada norma-norma intelektual akademis.
b. Bentuk
selalu seimbang dan harmonis.
c. Batasan-batasan
warna bersifat bersih dan statis.
d. Raut
muka tenang dan berkesan agung.
e. Berisi
cerita lingkungan istana.
f. Cenderung
dilebih-lebihkan. Tokoh penerus J.L. David dalam Neo-Klasik adalah JEAN
AUGUAST DOMINIQUE INGRES (1780-1867).
2. Aliran
Romantik
Aliran Romantik merupakan pemberontakan terhadap aliran
Neo-Klasik, dimana Jean Jacques Rousseau mengajak kembali pada alam, sebagai
manusia yang tidak hanya memiliki pikiran tetapi juga memiliki perasaan dan
emosi.
Lukisan-lukisan romantik cenderung menampilkan :
a. Hal
yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo-
Klasik).
b. Eksotik,
kerinduan pada masa lalu.
c. Digunakan
untuk perasaan dari penontonnya.
d. Kecantikan
dan ketampanan selalu dilukiskan.
Ciri-ciri aliran Romantis sebagai berikut :
1. Lukisan
mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
2. Penuh
gerak dan dinamis.
3. Warna
bersifat kontras dan meriah.
4. Pengaturan
komposisi dinamis.
5. Mengandung
kegetiran dan menyentuh perasaan.
6. Kedahsyatan
melebihi kenyataan.
Tokoh-tokhnya antara lain:
a. Eugene
Delacroix
b. Theodore
Gericault
c. Jean
Baptiste
d. Jean
Francois Millet.
Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali
menancapkan panji-panji romantisme adalah Teodore Gericault (1791-1824) dengan
karyanya yang berjudul “RAKIT MENDUSA”. Romantisme berasal dari bahasa Perancis
“Roman” (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang
perbuatan besar atau tragedy yang dahsyat.
3. Aliran
Realisme
Realisme merupakan aliran yang memandang dunia tanpa
ilusi, mereka menggunakan penghayatan untuk menemukan dunia. Salah seorang
tokoh Realisme yang bernama “Courbet” dari Perancis mengatakan :“TUNJUKANLAH
KEPADAKU MALAIKAT, MAKA AKU AKAN MELUKISNYA, artinya ia tidak akan melukis
sesuatu yang tidak ditunjukkan kepadanya (sesuatu yang tidak real/nyata).
Aliran Realisme selalu melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu
dan tanpa ada idealisasi, distorsi atau pengolahan-pengolahan lainnya. Gustave
Courbet (1819-1877) memandang bahwa lukisan itu pada dasarnya seni yang
kongkrit.Lukisan-lukisan Courbet selalu menampilkan kenyataan hidup yang pahit
seperti “Lukisan Pemecah Batu” dll. Tokoh: Jean Francois, Millet dan
Honore Daumier.
4. Aliran
Naturalisme
Aliran Naturalisme adalah aliran yang mencintai dan
memuja alam dengan segenap isinya.Penganut aliran ini berusaha untuk melukiskan
keadaan alam, khususnya dari aspek yang menarik, sehingga lukisan Naturalisme
selalu bertemakan keindahan alam dan isinya.Monet merupakan salah satu tokoh
pelukis Naturalisme, tetapi terkadang lukisannya mendekati Realisme.Meskipun
lukisan Naturalistiknya Monet yang mendekati Realisme, tetapi sangat berbeda
dengan lukisan Gustave Courbert sebagai tokoh realisme.
Realismenya Courbert bersifat sosialistik yang
moralitasnya cukup tinggi, sedangkan realismenya Monet cenderung melukiskan
yang indah-indah dan amoral, karena prinsip Monet adalah “seni untuk
kepentingan seni, bukan untuk apapun.Para pelukis Naturalisme sering dijuluki
sebagai pelukis pemandangan.Tokoh Naturalisme yang berasal dari Inggris adalah
Thomas Gainsbrough (1727-1788). Tokohnya antara lain John Constable, William
Hogart, Frans Hall.
5. Aliran
Impresionis
Apabila ada orang mendengar istilah Impresionisme,
maka asosiasi mereka biasanya tertuju pada lukisan-lukisan yang impresif, yaitu
lukisan yang agak kabur dan tidak mendetail. Claud Monet bukan tokoh
impresionisme, tetapi aliran impresionisme banyak diilhami oleh
penemuan-penemuan Claud Monet dalam setiap lukisannya. Seorang tokoh
impresionisme dari Prancis bernama Piere Auguste Renoir (1841-1919).
Pelukis ini sangat gemar melukis wanita, baik dalam
kondisi berpakaian maupun tanpa busana. Lukisan impresionis sangat dipengaruhi
oleh keadaan cuaca, karena melukis dilakukan di luar studio. Lukisan
impresionis biasanya tidak mempunyai kontur yang jelas dan nampak hanya
efek-efek warna yang membentuk wujud tertentu. Tokohnya: Eduard Manet, Claude
Monet,Auguste Renoir, Edward Degas dan Mary Cassat.
6. Aliran
Ekspresionisme
Pada tahun 1990-an, para pelukis mulai tidak puas
dengan karya yang hanya menonjolkan bentuk-bentuk objek. Mereka mulai menggali
hal-hal yang berhubungan dengan batin, sehingga muncullah aliran
ekspresionisme. Vincent Van Gogh (1850) adalah tokoh yang menjadi tonggak
kemunculan aliran ekspresionisme dan tokoh lain yang mengikuti adalah Paul
Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde dan di Indonesia yaitu Affandi.
Ekspresionisme merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang sudah
didistorsikan ke arah suasana kesedihan, kekerasan ataupun tekanan batin. Pelopornya
adalah Vincent Van Gogh, Paul Klee, Emile Nolde, W .Kandinsky, dan Edvard
Munch.
7. Aliran
Fauvisme
Nama fauvisme berasal dari bahas Prancis “Les
Fauves”, yang artinya binatang liar.Aliran fauvisme sangat mengagungkan
kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan
aslinya seperti pohon berwana 0ranye/jingga atau lainnya.Lukisan-lukisan fauvis
betul-betul membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya.
Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka
sukai tanpa memikirkan isi dan arti dari sebuah lukisan yang dibuat. Maurice De
Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang banyak terinspirasi oleh goresan warna
Vincent Van Gogh, sampai-sampai ia berkata; Saya lebih mencintai Van Gogh dari
pada Ayah saya. Tokoh-tokohnya Antara lain Henry Matisse, Andre Derain, Maurice
de Vlaminc.
8. Aliran
Kubisme
Aliran kubisme dilatar belakangi oleh konsep Paul
Cezanne yang mengatakan bahwa bentuk dasar dari segala bentuk adalah silinder,
bola, balok dan semua bentuk yang ada di dalam di pengaruhi oleh perspektif,
sehingga bidang tertuju pada satu titik tengah. Karya Picasso menjadi insfirasi
kemunculan karya- karya kubisme, karena motif geometris digunakan oleh Picasso.
Lukisan kubisme mengedepankan bentuk-bentuk germetris. Tokoh kubisme yang
sangat terkenal adalah Picasso dan Paul Cezanne, tetapi di samping kedua
tokoh ini masih banyak tokoh lain yg menganut Kubisme seperti Juan
Gris dll.
9. Aliran
Abstraksionisme
Aliran Abstraksionime adalah aliran yg berusaha
melepaskan diri dari sensasi-sensasi atau asosiasis figuratif suatu
obyek.Aliran Abstraksionis di bedakan menjadi dua, yaitu:
a. Abstrak
kubistis, yaitu abstrak dalam bentuk geometrik murni seperti lingkaran kubus
dan segi tiga. Tokoh aliraran ini berasal dari Rusia yaitu Malivich [1913].
b. Abstrak
Nonfiguratif, yaitu abstrak dalam arti seni lukis haruslah murni sebagai
ugkapan perasaan, di mana garis mewakili garis, warna mewakili warna dan
sebagainya. Bentuk alami ditinggalkan sama sekali. Tokohnya adalah Wassily
kadinsky, Naum Goba.
10. Aliran
Futuris
Aliran Futuris muncul di Itali pada tahun 1909,
sebagai reaksi terhadap aliran kubisme yang dianggap dinamis penuh gerak,
karena itu temanya cenderung menggambarkan kesibukan-kesibukan seperti, pesta
arak-arakan, perang dll.Tokoh aliran ini antara lain Carlo Carra, Buido
Severini, Umbirto Boccioni dan F.T Marineti.
11. Aliran
Dadaisme
Aliran
dadaisme merupakan pemberontak konsep dari konsep aliran sebelumnya. Aliran ini
mepunyai sikap memerdekakan diri dari hukum-hukum seni yang telah berlaku. Ciri
aliran ini sinis, nihil dan berusaha meleyapkan ilusi. Aliran ini dilatar
belakangi oleh perang dunia pertama yang tak kunjung berhenti. Perang yang tak
kunjung padam memberi kesan hilangnya nilai sosial dari nilai estetika di muka
bumi, sehinga pandangan dadaisme tidak ada estetika dalam karya
seni. Tokoh Dadisme adalah Paul klee, Scwitters Tritan Tzara, Maron Janco
dll.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan yang telah dilakukan, maka kita dapat mengetahui bahwa, Seni
Rupa adalah sebuah konsep atau nama untuk salah satu cabang seni yang
bentuknya terdiri atas unsur-unsur rupa yaitu: garis, bidang, bentuk, tekstur,
ruang dan warna. Karya seni rupa dapat dibagi menjadi dua yaitu:
karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga
dimensi. Seni Rupa jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai / terapan (applied
art).
Seni lukis
adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama,
seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Medium
lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film
di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan
juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada
media yang digunakan.
B.
SARAN
Jangan hanya terfokus dengan
hal-hal yang sudah dilakukan. Carilah inspirasi yang baru demi kemajuan karya
seni di Indonesia khusunya seni lukis. Pemerintah juga harus mendukung dan
memfasilitasi berbagai kegiatan seni agar masyarakat lebih inspiratif.
Post A Comment:
0 comments: