BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang
paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak
pernah lepas dari unsur sosial budaya. Sosial mengacu
kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat.
Aspek sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah
ada sejak manusia dilahirkan. Budaya mengacu tentang apa yang dikerjakan dan
cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan. Sama halnya dengan aspek
sosial, aspek budaya sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang
dipelajari, kegiatan-kegiatan serta bentuk-bentuk pendidikan merupakan unsur
budaya pendidikan.Materi
yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya,
begitu pula kegiatan-kegiatan mereka juga budaya. Dengan demikian sosial budaya
tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri (Pidarta Made,
1997:144-145).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang maka dapat dirumuskan masalah yaitu, Bagaimana landasan sosial budaya
dalam pendidikan?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan dalam penyusunan
makalah ini guna untuk mengetahui tentang landasan sosial budaya pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Pendidikan
Pendidikan
salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, kita
mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mereka mampu
menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya.
Secara teroritis dan fisiologis tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak
menjadi seorang dewasa yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang
lain.
Pendidikan
pada hakikatnya adalah kegiatan sadar dan disengaja secara penuh tanggung jawab
yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya
agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan yang dilakukan
secara bertahap berkesinambungan di semua lingkungan yang saling mengisi (rumah, sekolah, masyarakat)
B.
Landasan Sosial Budaya Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok dan stuktur sosialnya, selain mempelajari cara manusia
berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya serta susunan dan
keterkaitan unit-unit masyarakat atau unit sosial dalam suatu
wilayah(PidartaMade, 1997:145).
Sosiologi
pendidikan membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji (1998) menulis bahwa sosiologi
pendidikan meliputi: (1) interaksi guru siswa, (2) dinamika kelompok dikelas
dan di oerganisasi intra sekolah, (3) struktur dan fungsi sitem pendidikan, dan
(4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan(PidartaMade,
1997:146).
Dapat pula dikatakan ilmu sosiologi pendidikan ini merupakan analisa ilmiah terhadap proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Pembentukan
karakter berdasarkan interaksi sosial melalui empat bentuk :
1. Imitasi (peniruan)
Imitasi bisa
bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Missal anak meniru orangtuanya atau
gurunya berpakaian rapi, maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara positif
baik pada ortu maupun gurunya. Sebaliknya jika anak meniru orang lain minum
minuman keras, maka ia melakukan sosialisasi negatif, ia masuk ke kelompok
orang yang minum minuman keras.
2. Sugesti (meniru melalui himbauan atau paksaan)
Sugesti akan
terjadi kalau seoang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap
orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas. Misal di sekolah yang
berwibawa guru, berwenang kepala sekolah, dan mayoritas pendapat sebagian besar
temannya. Sugesti ini memberi jalan bagi anak untuk mesosialisasi dirinya.
Namun kalau anak terlalu sering mensosialisasi lewat sugesti dapat membuat daya
pikir yang rasional terhambat.
3.
Identifikasi
(meniru berdasarkan hal-hal kecocokan dalam diri subyek)
Kata
identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama. Anak bisa bisa saja
mengidentifikasi gurunya dalam melompat tinggi sebab guru itu juara dalam
lompat tinggi. Atau anak lain akan mengidentifikasi guru wanita yang cantik.
Anak ini ingin secantik gurunya, paling sedikit dalam caranya berdandan.
4. Simpati (meniru berdasarkan kesenangan)
Simpati
adalah factor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan
terjadi saat seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Factor perasaan
memegang peranan penting dalam simpati(Pidarta Made,1997 :147-148).
C.
Landasan Kebudayaandalam Pendidikan
Pendidikan adalah bagian
dari kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik.
Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan
berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Suatu budaya sesungguhnya merupakan
bahan masukan atau pertimbangan bagi anak dalam mengembangkan dirinya. Ada
kalanya bagian budaya akan dipakai terus, ataupun akan dibuang dan diganti yang
baru. Hal ini bergantung pada pembinaan pendidik, pengaruh lingkungan, dan
hasil penilaian anak itu sendiri(Pidarta Made,1997 :161-162).
Pengertian kebudayaan menurut beberapa para ahli:
1. Menurut Taylor, kebudayaan adalah
totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat, dan kemampuan serta kebiasaan yang diperoleh orang sebagai
masyarakat.
2. Menurut Hasan, kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup
bermasyarakat berisi aksi terhadap oleh kepandaian, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kepandaian.
3. Menurut Kneller, kebudayaan
adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota masyarakat.
Berdasarkan dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan dari cara hidup manusia dalam hidup bermasyarakat
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hokum, moral, adat istiadat,
kesenian, serta kebiasaan yang di peroleh orang sebagai masyarakat.
Menurut Imran Manan(1989)
menunjukkan lima komponen kebudayaan, yaitu: (1) Gagasan, (2) Ideology, (3)
Norma, (4) Tehnologi, (5) Benda, agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa
komponen lagi yaitu: (1) Kesenian, (2) Ilmu, Dan (3) Kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu:
1.
kebudayan
umum, misal kebudayaan Indonesia
2.
kebudayan
daerah, misal kebudayaan jawa, bali, sunda, batak dan sebagainya
3.
kebudayaan
popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada
kedua macam kebudayan terdahulu. Contoh: lagu popular, model film musiman, mode
pakaian, dan sebagainya.
Ahli lintas
budaya, Richard Brislin (1993)
menjelaskan sejumlah karakteristik budaya:
1.
Budaya di bentuk dari konsep ideal, nilai, dan
asumsi tentang kehidupan yang menuntun perilaku orang
2.
Budaya
terdiri dari aspek-aspek lingkungan yang dibuat orang
3.
Budaya
diteruskan dari generasi ke generasi
4.
Pengaruh
budaya paling terlihat dalam benturan yang bertujuan baik antara orang-orang
dari latar belakang budaya yang berbeda
5.
Walaupun ada
kompromi, nilai-nilai budaya masih bertahan
6.
Ketika nilai
budayanya dilanggar, orang bereaksi secara emosional
7.
Bukan
sesuatu orang yang aneh bagi seseorang untuk menerima nilai budaya
(Santrock.John W, 2007:277).
Kerber dan Smith (Imran Manan,1989) menyebutkan ada 6 fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:
1. Penerus
keturunan dan pengasuh anak.
2. Pengembangan kehidupan ekonomi
3. Transmisi budaya
4. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Maha Esa
5. Pengendalian sosial dan,
6. Rekreasi
D. Sosial Budaya pada Pendidikan Indonesia
Budaya pemikiran sebagian masyarakat Indonesia
sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan
kehidupan. Misal dalam kasus pendidikan anak usia dini sendiri, bahwa dahulu
masih banyak masyarakat yang belum mengerti dan paham akan betapa pentingnya
PAUD bagi anak usia dini sebagai bekal mereka untuk jenjang memasuki pendidikan
SD atau pendidikan formal setara.
Tapi dengan adanya pengarahan dari pemerintah kesadaran
akan pentingnya PAUD tahun-tahun
belakangan ini mendapatkan perhatian yang cukup menggembirakan dari berbagai
kalangan masyarakat, pemerintah, pihak swasta, orang tua, akademisi, praktisi
pendidik, agamawan dan lain-lain.Wujud kepedulian itu dimanifestasikan dengan
terbentuknya berbagai lembaga pendidikan anak usia dini yang didirikan oleh
masyarakat, namun pembangunan pada sektor pendidikan anak usia dini ini tidak
lepas dari kendala yang di temui dilapangan sehingga perkembangan pendidkan
anak usia dini di indonesia belum dapat dikatakan telah optimal,
kendala-kendala tersebut berkaitan dengan kemampuan pemerintah dan masyarakat,
pengelola dan mutu pendidikan anak usia dini.Masalah-masalah yang di hadapi adalah:
1)
Belum terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
pendidikan anak usia dini
2)
Kurang kualitas dan kuantitas guru/pamong pendidikan
anak usia dini
3)
Kurang mutu pendidikan anak usia dini
4)
Kurangnya animo masyarakat/kesadaran orang tua tentang
urgensi pendidikan anak usia dini
5)
Kebijakan pemerintah tentang pendidikan anak usia dini
yang belum memadai.
Upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Depdiknas sejauh ini adalah
mendirikan pusat-pusat pendidikan anak usia dini di daerah-daerah, termasuk di
daerah tertinggal namun keberadaan pusat-pusat pendidikan anak usia dini ini
masih sangat minim dibandingkan dengan tingkat kebutuhan masyarakat.
E.
Pengaruh Sosial Budaya terhadap Pendidikan
Setelah
membahas tentang sosiologi, kebudayaan, masyarakat, serta kondisi masyarakat
Indonesia dikaitkan dengan pendidikan, maka ditemukan pengaruh sosial budaya
terhadap pendidikan pendidikan, yaitu:
a. Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya,
keduanya saling menunjang.
b. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh masyarakat,
termasuk wakil orang tua anak, untuk memajukan pendidikan
c. Proses sosialisasi anak perlu ditingkatkan
d. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
e. Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup manusia yang diciptakan manusia
ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak
f. Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma
pendidikan, yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman
yang luas.
g. Untuk itu kebudayaan perlu ditertibkan, dengan cara:
i. Tayangan televisi, terutama TV swasta
ii. Memberantas kebudayaan yang merusak remaja seperti minuman keras,
narkotika, mengurangi dan mengawasi tindakan klub malam, dan menangkal
perkelahian.
h. Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan. Dengan
cara ini sekolah keejuruan akan lebih diminati.
i. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat
setempat
j.
Metode
belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok.
F. Pengaruh
Perubahan Sosial Budaya Terhadap Pendidikan
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun
dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada
pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak
adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan
mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Berikut akan dibahas
mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
1. Kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya, Dalam sosiologi.
Perilaku manusia bertalian dengan nilai-nilai. Sosiologi berpandangan bahwa
perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontinu dan diatur oleh
nilai-nilai yang ada di masyarakat. Secara garis besar ada empat sumber nilai,
yaitu norma-norma, agama, peraturan dan perundang-undangan, dan pengetahuan.
Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilai-nilai ini pada anak-anak
di sekolah. Wuradji mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di
masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi
nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta
teknologi baru. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan
bantuan sosiologi.
Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang
bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki
kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Pendidikan
adalah suatu bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang terus berubah
(berkembang) dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan memungkinkan
untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Dan sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk didalamnya
adalah pendidikan, karena pendidikan ada dalam masyarakat, baik itu pendidikan
formal, informal, maupun non formal (ada istilah lain yang menyebutkan ketiga
istilah tersebut, yaitu pendidikan sekolah.
2. Pendidikan
luar sekolah.
Perubahan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh
terhadap pendidikan, dan tidak terkecuali Pendidikan. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan- kemampuan
serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat
(Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisikan :
a.
norma- norma,
b.
folkways yang
mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan
c.
mores. Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan
lima komponen kebudayaan sebagai berikut : (1) Gagasan, (2) Ideologi, (3)
Norma, (4) Teknologi, dan (5) Benda.
Agar menjadi
lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :
a.
Kesenian,
b.
Ilmu dan
c.
Kepandaian.
Kebudayaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia,
b.
Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali,
Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya dan
c.
Kebudayaan popular, yaitu suatu kebudayaan yang masa
berlakunya rata- rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
3. Perubahan
kebudayaan
Perubahan kebudayaan
disebabkan oleh:
a.
Originasi atau penemua-penemua baru,
b.
Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya
lama,
c.
Reinterpretasi
atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.
Upaya bangsa
Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan dasar
sembilan tahun adalah satu upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Seiring dengan berubahnya
kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang mampu membekali diri mereka dengan
pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dpat digunakan atau dipraktikkan
dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan
orientasi pendidikan juga akan terjadi. Jika kita melihat perubahan sosial
sebagai dampak dari berkembangnya teknologi adalah dengan sangat mudahnya
mengakses internet yang bagi masyarakat yang tidak agamis dapat digunakan untuk
hal-hal yang negatif, kita juga bisa menyaksikan banyaknya
kecurangan-kecurangan, ketidak jujuran, dan banyak perbuatan negatif yang
bertentangan dengan norma agama Islam sebagai dampak dari perubahan sosial,
karenanya sangat diperlukan sistem Pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia
(masyarakat) untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Dampak lain dari
terjadinya perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah dengan terus
dikembangkannya kurikulum yang mampu menjawab tantangan perubahan, juga
berdampak pada perubahan sistem manajemen pendidikan yang berorientasi pada
mutu (quality oriented), yaitu tuntutan akan peningkatan
4. Kualitas
Pembelajaran Yang Berkelanjutan
Menuju kepada pembelajaran unggul sehingga menghasilkan output yang
berkualitas. Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat
berpengaruh pada pendidikan dan Pendidikan pada khususnya, namun tidak semua
perubahan sosial yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga perubahan
sosial yang menghasilkan akbit buruk bagi dunia Pendidikan , berikut sisi
positif dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap Pendidikan :
a.
Dampak positif Sisi positif dari sebuah perubahan
sosial bagi Pendidikan adalah dapat meningkatnya taraf Pendidikan dalam
kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang siap menghadapi
perubahan sosial tersebut dengan mengacu pada ajaran-ajaran Islam.
b.
Dampak negatif Sedangkan dari sisi negatif dari suatu
perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah ketidaksiapan Pendidikan menerima
perubahan yang begitu cepat dan drastis, artinya lembaga Pendidikan harus lebih
siap dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin berkembang dan terus
menerus berubah. Apalagi dengan berkembangnya teknologi yang begitu pesat yang
membuat banyaknya pengaruh budaya dari luar yang merasuk pada kehidupan dan
cara hidup anak-anak muslim. Siaran televisi dan akses internet yang sudah bisa
dilakukan dimana saja, menjadi tantangan tersendiri bagi Pendidikan untuk
mengantisipasinya, jika Pendidikan tidak siap terhadap perubahan tersebut maka,
5. Pendidikan
akan tergusur.
Tetapi tidak jika para pegiat Pendidikan senantiasa berinnovasi dan
berkreasi dalam mengantisipasi perbuhan tersebut, dengan tentunya tidak
terlepas dari tuntunan ajaran Islam. Pengaruh perubahan sosial yang lainnya
terhadap Pendidikan adalah terjadinya transformasi pemikiran dalam Pendidikan,
seiring dengan perubahan- perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Sehingga Pendidikan juga mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena adanya
persepsi bahwa Islam sebagai penghambat perubahan, Islam dituduh sebagai
tatanan nilai yang tidak bisa berdampingan dengan kemajuan dan sains modern.
Jelas semua anggapan tersebut salah karena ajaran Islam sangat sesuai dengan
perkembangan zaman dan mendukug perkembangan sains (sains yang value bound,
bukan yang free of value), karena pada hakekatnya perkembangan dan kemajuan
sains harus sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Dalam hal yang lebih
kongkrit pengaruh perubahan sosial terhadap Pendidikan adalah ketika perubahan
sosial membawa kepada perbaikan ekonomi masyarakat dan menuntut mereka untuk
memenuhi kebutuhan akan hasil teknologi seperti komputer/laptop, maka ketika
seorang anak yang mendapat tugas dari gurunya untuk membuat karya tulis
sederhana yang bahannya tersedia lewat internet, maka secara langsung dan jelas
perubahan sosial. Kita juga melihat perkembangan lembaga Pendidikan yang
berorientasi pada IPTEK sebagai hasil dari berubahnya masyarakat, sehingga
banyak visi sekolah/madrasah yang mengedepankan orientasi IPTEK, karena
disisi lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti
perkembangan dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa depan.
Jelas, bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada Pendidikan.
Pesantren modern adalah salah satu bentuk lembaga Pendidikan yang mencoba
mengakomodasi keinginan masyarakat akan mutu manusia yang beriman sekaligus
juga berwawasan keilmuan, sehingga selain dipelajari bahasa Arab sebagai modal
utama dalam mengkaji ilmu keislaman dari sumber yang menggunakan bahasa Arab,
juga bahasa asing dunia lainnya terutama bahasa Inggris sebagai antisipasi
terhadap perubahan sosial yang mengedepankan kemampuan individu yang
komprehensif. Bahkan banyak sekolah/madrasah yang diberi lebel “Model” yang
oleh pemerintah disiapkan untuk membentuk dan menyiapkan sumber daya manusia
yang Islami sekaligus tidak gagap teknologi dan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah
lembaga Pendidikan juga berubah atau berkembang menurut keadaan masyarakat,
kalau pada saat Islam masuk dan berkembang di Nusantara, Islam diajarkan
melalui lembaga surau, namun ketika masyarakat berubah, maka Islam sekarang
juga diajarkan melalui pendidikan formal (jalur sekolah). Perubahan sosial
budaya yang terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan
prinsip-prinsip Pendidikan di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip
tersebut bisa saja tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang
terjadi, misalnya berubahnya pola pikir masyarakat dari orientasi agama kepada
orientasi dunia kerja, sehingga Pendidikan dimasayarakat sering kali
terpinggirkan, menjadi marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama.
Yang melaksanakan Pendidikan di masayarakat tidak mengantisipasi perubahan
sosial tersebut, karena bisa saja Pendidikan dimasayarakat mempersiapkan
SDM/lulusan yang siap kerja dan siap membuka lapangan pekerjaan.
G. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial dan
Budaya
1. Sebab
yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:
a) Bertambah
dan berkurangnya penduduk
b) Penemuan-penemuan
baru
c) Pertentangan-pertentangan
dalam masyarakat
d) Terjadinya
pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendiri
2. Sebab-sebab
yang berasal dai luar masyarakat
a)
Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik
yang ada disekitar manusia
b)
Peperangan dengan negara lain
c)
Pengaruh kebudayan masyrakat lain.
H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses
Perubahan
1. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan
a)
Kontak dengan kebudayaan lain
b)
sistem pendidkan yang maju
c)
sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan untuk maju
d)
sistem lapisan masyarakat yang terbuka
2. Faktor-faktor yang mengahambat terjadinya perubahan
a)
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
b)
Perkembangan ilmu pengetehuan yang terlambat
c)
Sikap masyarakat yang tradisonalistis dan sikap pasrah
masyarakat
I.
Analisis
isu-isu sosial budaya dalam pendidikan dasar
Sebagaimana telah dikemukakan pada Kegiatan
Belajar 1 bahwa konsep sosial politik
adalah dua ilmu, yaitu sosiologi dan politik yang terintegrasikan yang
membabahas terkait permasalahan kemasyarakatan dankenegaraan. Maka, pada
Kegiatan Belajar 2 ini kita lanjutkan pada konsepsosial budaya. Sama halnya
dengan konsep sosial politik yang terdiri dari dualimu yang terintegrasikan,
yaitu ilmu sosiologi dan budaya. Calon pakarpendidikan dasar perlu mengetahui
isu-isu sosial budaya yang terjadi diIndonesia, sehingga mulai pendidikan
tingkat rendah ditanamkan nilai-nilaisosial budaya. Akhir-akhir ini menjadi
keresahan di berbagai dunia pendidikan terkait penggunaan bahasa yang kasar
oleh siswa maupunmahasiswa, tawuran, pelanggaran lalu lintas, narkoba dan lain
sebagainya.
Sosial dalam arti masyarakat atau
kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengansistem hidup bersama
atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompokorang yang di dalamnya sudah
tercakup struktur organisasi, nilai-nilai sosial dan aspirasi hidup serta
bagaiman cara mencapainya. Arti budaya, kultur ataukebudayaan adalah cara atau
sikap hidup manusia dalam hubungannya secaratimbal balik dengan alam dan
lingkungan hidupnya yang di dalamnya sudahtercakup pula segala hasil dari
cipta, rasa, karsa dan karya, baik yang fisik,materiil maupun yang psikologis,
idiil, dan spritual.
Berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 pengertian sosial budaya mencakup:
1.
Segi kemasyarakatan, pengertian kemasyarakatan pada
hakikatnya adalah merupakan pergaulan hidup manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenganggungan
dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu kelompok sosial.
2.
Segi Kebudayaan. Hakikat budaya adalah sistem nilai
yang merupakanhasil hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa
yangmenumbuhkan gagasan-gagasan utama serta kekuatan pendukung danpenggerak
kehidupan.
Jadi dapat kita simpulkan
bahwasanya pengertian sistem sosial budaya merupakan suatu keseluruhan dari
unsur-unsur tata nilai, tata sosial, dan tatalaku manusia yang saling berkaitan
dan masing-masing unsur bekerja secaramandiri serta bersama-sama satu sama lain
saling mendukung untukmencapai tujuan hidup manusia dalam masyarakat. Isu-isu
sosial budaya dalam penganalisaannya dapat dilihat dari berbagaiperspektif
pendekatan. Pendekatan fungsionalisme struktural atau lebihpopular dengan
struktural fungsional merupakan hasil pengaruh yang sangatkuat dari teori
sistem umum di mana pendekatan fungsionalisme yangdiadopsi dari ilmu yang
menekankan pengkajiannya tentang cara-caramengorganisasikan dan mempertahankan
sistem.
Fungsionalisme struktural atau analisa sistem pada prinsipnya berkisar pada
beberapa konsep namun yang paling penting adalah konsep fungsi dankonsep
struktur. Perkataan fungsi digunakan dalam berbagai bidang kehidupan manusia,
menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika manusia dalam mencapai tujuan
hidupnya.
Robert Nisbet menyatakan bahwa fungsionalisme struktural adalah satu bangunan
teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Dalam
fungsionalisme struktural dan fungsional tidak selalu perlu dihubungkan, meski
keduanya biasanya dihubungkan. Kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa
memperhatikan fungsinya atau akibatnya terhadap struktur lain. Pembahasan teori
fungsionalisme struktural Parson diawali dengan empat skema penting mengenai
fungsi untuk semua sistem tindakan, skema tersebut dikenal dengan sebutan skema
AGIL.
Menurut Parson ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua
system sosial, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment
(G), integrasi (I), dan Latensi (L).
Empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua sistem agar tetap bertahan
(survive). Berikut penjelasan setiap fungsi.
a.
Adaptation: fungsi yang amat penting di sini
sistem harus dapat beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang
gawat,dan sistem harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga
dapatmenyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.
b.
GoalAttainment: pencapainan tujuan sangat penting,
di mana sistemharus bisa mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.
c.
Integration: artinya sebuah sistem harus mampu
mengatur dan menjagahubungan antar bagian-bagian yang menjadi komponennya,
selain itumengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).
d.
Latency: laten berarti sistem harus mampu
berfungsi sebagai pemeliharapola. Sebuah sistem harus memelihara dan
memperbaiki motivasi polapolaindividudankultural.
Stuktur sosial dan anomie salah
satu sumbangan Merton paling terkenal terhadap fungsionalisme struktural dan
terhadap sosiologi pada umumnya (Adler dan Laufer, 1995; Merton, 1995; Menhard,
1995) perlu dicatat bahwakarya Merton tentang anomie tersirat sikap kritis
terhadap stratifikasi sosial (misalnya, blockade terhadap sumber sesuatu yang
dibutuhkan masyaraka).Oleh karena itu, ketika David dan Moore menyetujui
stratifikasi sosial karyaMerton justru mengindikasikan fungsionalisme struktural
dapat bersifat kritis terhadap stratifikasi sosial.
Pendekatan-pendekatan tersebut
dapat dijadikan pisau analisa dalammemahami dan memecahkan masalah dalam
isu-isu sosial budaya diIndonesia yang berbagai macam. Salah satu isu sosial
budaya Indonesiaadalah “Integrasi Nasional” mewujudkan masyarakat Indonesia
yang pluralsebagai suatu sistem sosial sosial budaya (suatu kesatuan) memang
bukan halyang mudah. Dengan demikian implementasi nilai-nilai Pancasila ke
dalamsistem sosial budaya Indonesia bukan tanpa memerlukan waktu. Pada masa
kini, gejala aneka warna masyarakat Indonesia masihmerupakan realita, maka
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa denganlebih dahulu mengakui dan
menghormati semua variasi kebudayaan yang adadi negara Indonesia kemudian mencoba
mencapai pengertian sebanyakmungkin aneka warna manusia dan kebudayaan di Indonesia.
Pluralitas masyarakat Indonesia
yang terbentuk sejak awal ternyatamengendalikan proses pengintegrasian
horisontal bangsa Indonesia,sedangkan stratifikasi (pelapisan) sosial yang
telah mengkristal secara alami,menghambat tumbuhnya integrasi yang vertikal.
Kebhinekaan yang relatiflestari tersebut, pada sisi yang lain, menguatkan
latenitas sumber konflik,yang pada gilirannya tak mengenakkan pembangunan
sosial, politik, danekonomi. Konflik adalah bawaan suatu bangsa, apalagi dengan
sifat yangbhineka. Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi upaya kita untuk
mencarifaktor-faktor yang mampu mengintegrasikan bangsa ini sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh untuk berkata satu bahasa dan bertindak satuperilaku yang
selaras. Apabila memperhatikan bangsa dan negara lain yang juga plural
dansedang memahami konflik karena faktor bahasa maka sangat beruntungkiranya
bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki satu bahasa yang beradadi atas
bahasa-bahasa daerah, yang sudah tentu mempunyai daya integrasi.
Selanjutnya, bersama-sama dengan
tumbuhnya konsensus nasionalmengenai nilai-nilai nasionalisme Pancasila yang
senantiasa bertanggapansecara dinamis dengan mekanisme pengendalian konflik
yang bersifatcoercive, maka struktur masyarakat Indonesia yang majemuk
itu telahmenjadi landasan mengapa masyarakat Indonesia tetap dapat lestari
darimasa ke masa padahal tantangan dan pertentangan begitu banyak.
Masalah sosial budaya semakin hari
terus meningkat yang mengancamintegrasi bangsa Indonesia seperti kasus tawuran
di berbagai kalangan, kasuspenggunaan bahasa kasar, pelanggaran lalu lintas,
narkoba, konflik agama,dll. Tugas Anda memilih masalah-masalah sosisal budaya
yang sesuaidengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik SD.
BAB III
A. KESIMPULAN
Sosial budaya sangat berperan dalam proses pendidikan oleh karena itu kita
sebagai anggota masyarakat perlu memberi dukungan yang positif agar pendidikan
menjadi agen pembangunan di masyarakat.Perubahan sosial budaya adalah sebuah
gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam
setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa
kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah;
peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengna
masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial
(kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perunahan tersebut merupakan gejala
umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu
juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik.
Pudjiwati Sajagyo mengutip pendapat Hirschman yang mengatakan bahwa
kebosanan manusia adalah penyebab suatu perubahan. Perubahan sosial budaya yang
terjadi di lingkungan dapat saja mempengaruhi pelaksanaan prinsip-prinsip
Pendidikan di masayarakat tersebut, karena prinsip-prinsip tersebut bisa saja
tidak berjalan dengan baik karena perubahan sosial yang terjadi, misalnya
berubahnya pola pikir masyarakat. orientasi agama kepada orientasi dunia
kerjasehingga Pendidikan dimasayarakat sering kali terpinggirkan, menjadi
marjinal, dan tidak menjadi pilihan pertama Aspek sosial dalam pendidikan
sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam
pendidikan. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan
sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru
tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa
memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman.
B. SARAN
Agar hidup bermasyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial budaya maka
sudah seharusnya kita sebagai pemerintah/sekolah,orang tua siswa, dan
masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan
pendidikan dari segi sosial budaya.
Dalam pembahasan materi di atas mengenai social budaya dalam pendidikan
mungkin masih banyak kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari
penyusunan kalimat dan kata-katanya,oleh sebap itu kami selaku penulis minta
maaf sebesar-besarnya kepada dosen dan mahasiswa semua, sebagai penyempurna
kami mengharap kritik dan saran yang positif dari teman-teman semua.Kepada semua
stake holder disekolah agar senantiasa melakukan inovasi dalam pendidikan guna
mengantisipasi tuntutan masyarakat akan sekolah yang baik dengan indikasi bahwa
sekolah tersebut tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi sebagai akibat
dari kemajuan teknologi yang pesat.
DAFTAR PUSTAKA
Bratakusumah, Deddy Supriady & Solihin,Dadang.(2001). Otonomi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Jakarta: Penerbit PT GramediaPustaka
Utama.
Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Paudasy, syifa. (2002). [online]. Analisis permasalahan pendidikan anak.
Tersedia:
http://paudasy-syifa.blogspot.com/p/analisis-permasalahan-pendidikan-anak.html. [diakses, 27 November 2017]
Santrock, John W. 1996. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Sumarsono dkk. 1986. Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka.
Salim, Agus. (2002). Perubahan Sosial Yogyakarta: PT
Tiara Wacana Yogya.
Silfigustomi. (2013). [online]. Landasan sosial budaya pendidikan. Tersedia:http://silfigustomi.blogspot.com/2013/03/landasan-sosial-budayapendidikan.html.[diakses, 27 November
201
Post A Comment:
0 comments: